Helo Dok! Telemedisin Bisa Lebih Baik Lagi Lho
“Helpful untuk sakit ringan atau cari info, kepo kondisi badan. Misal bandingin gejala yang lagi dialami, bahaya atau nggak, musti harus ketemu dokter apa belum. Gitu sih.”
Demikian penjelasan Dita, bukan nama sebenarnya, salah satu pengguna telemedisin yang sudah lebih dari sekali menggunakan layanan ini. Jawaban Dita hanya dua kalimat dan terdengar sederhana. Namun, jika didengarkan lebih dalam, ada nada positifnya di dalamnya. Ini bisa menjadi tanda bahwa layanan ini masih sangat bisa berkembang di Indonesia.
Sayang sekali, jika banyak startup berbasis servis kesehatan yang telah berinvestasi besar tidak berhasil mendapat profit maksimal. Ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar layanan ini lebih berkembang.
Mendapat Panggung karena COVID-19
Sebelum pandemi, hanya sedikit orang yang mencoba telemedisin. Namun, pada masa Covid-19 yang menyebabkan penerapan social distancing , layanan ini mendapatkan panggung besar. Ketika orang dipaksa tidak bepergian dan akses ke fasilitas kesehatan juga terbatas kala itu, mau tak mau aplikasi dan layanan telemedisin harus dipakai.
Setelah Covid berlalu, telemedisin tidak ikut hilang. Meskipun kecil, masih ada yang menggunakan aplikasi layanan kesehatan. Mengutip tulisan pertama di blog ini soal telemedisin, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan hanya 2,2 persen penduduk negeri ini yang pernah menggunakan aplikasi-aplikasi berbasis telemedicine. Catatan dari data survei ini adalah penduduk yang ditanyai berusia 15 tahun ke atas.
Jika kita cek data BPS, jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas di bulan Agustus 2023 adalah 212,6 juta jiwa, maka pengguna aplikasi kesehatan online yang hanya 2,2 persen ini berjumlah sekitar 4,7 juta jiwa saja.
Baca juga: Teknologi Telemedicine Mendekatkan Yang Jauh
Pengguna lama masih bertahan
Sayangnya hasil survei BPS yang saya dapat tentang telemedisin tidak menggali lebih dalam tentang pengalaman dan harapan penggunanya. Ada beberapa hasil survei lain yang dilansir oleh Lembaga swasta yang mungkin bisa dipakai terutama untuk harapan dan pengalaman pengguna. Namun, profil demografinya memang agak berbeda dengan hasil survei BPS. Paling tidak, insight kualitatifnya bisa jadi masukan, melengkapi data BPS.
Menurut salah satu hasil survei lembaga lain tersebut, hanya satu dari tiga pengguna telemedisin yang semakin jarang menggunakan. Selebihnya masih tetap akan menggunakan dan bahkan sebagian akan semakin sering menghubungi aplikasi telemedisin.
Alasan kuat telemedsine tidak bisa ditinggalkan adalah sudah terbiasa menggunakan telemedisin yang dirasa oleh penggunanya mudah dan efektif. Tidak asing lagi, intinya sih. Layanan ini terbukti bisa menyediakan informasi kesehatan yang mudah diakses. Inilah yang sering dilakukan Dita, yaitu mencari tahu gejala ringan sebelum memutuskan langkah berikutnya.
Selain itu, promo-promo yang diberikan oleh aplikasi sangat membantu pasien. Siapa yang menolak harga murah. Apalagi layanan dokter semakin hari semakin mahal.
Jadi setidaknya, ada tiga keunggulan telemedisin yang diakui oleh pasien mereka :
- Hemat waktu karena pasien tak perlu datang langsung menemui dokter dan tanpa antrean yang menghabiskan waktu. Apalagi, terkadang pasien memang tidak bisa secara fisik antre.
- Fleksibel karena pasien bisa mendapatkan layanan ini dari mana saja dan kapan saja. Bisa tengah malam dan dari ujung Indonesia, asal ada koneksi internet. Ini sangat cocok sebenarnya untuk Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari kepulauan, asal masalah koneksi internet bisa dipecahkan.
- Hemat karena jika dihitung dengan biaya transportasi dan biaya pengganti produktivitas, konsultasi lewat aplikasi bisa lebih murah. Apalagi kalau mendapatkan harga promo, semakin ekonomis.
Telemedisin menambah lapangan kerja
Manfaat lain yang jarang dibahas adalah telemedisin menjadi alat menambah lapangan pekerjaan. Terkait tenaga kesehatan (nakes), aplikasi-aplikasi berbasis kesehatan ini membutuhkan
- Dokter yang merupakan core dari layanan kesehatan ini. Mereka yang akan memberi konsultasi dan diagnosis secara virtual ke pelanggan telemedisin
- Perawat yang juga menjadi bagian nakes, akan memantau pasien dari jauh serta bisa membantu edukasi kesehatan
- Apoteker yang memiliki tugas membantu pasien memahami resep dan obat-obatan secara online.
- Ahli gizi yakni ahli yang berwenang memberi konsultasi gizi dan diet
- Psikiater atau psikolog yang akan melayani terapi serta konseling dari jauh dan lewat daring
Di luar nakes, ada jenis pekerjaan yang harus diisi, mulai dari admin, programmer, dan keuangan dan lain-lain sebagaimana kantor pada umumnya. Bahkan, di kantor pusatnya, akan ada office boy dan resepsionis yang diperlukan.
Jadi, selain meningkatkan kesehatan Indonesia, telemedisin bisa membantu ekonomi makro lewat pembukaan lapangan kerja.
Jangan lewatkan: Siapa Pengguna Telemedicine di Indonesia?
Apa yang harus diperbaiki oleh telemedisin?
Lalu apa hambatan telemedisin masih terbatas jika memang sebenarnya sangat membantu? Kita bisa belajar dari hasil-hasil survei terkait layanan kesehatan yang sudah dilakukan.
Di salah satu survei yang pernah saya saya baca, satu dari tiga pengguna telemedisin ternyata akan mengurangi frekuensinya untuk menggunakan layanan online ini. Menurut mereka ada beberapa situasi yang menyebabkan mereka memutuskan hal ini.
Pertama, ternyata jenis pasien seperti ini adalah kelompok masyarakat yang lebih suka berinteraksi dengan dokter secara langsung. Dengan selesainya era pandemi, pertemuan dengan dokter secara luring tidak terkendala lagi.
Kedua, menemui dokter secara fisik akan meniadakan kekurangan telemedik yang mereka rasakan seperti ketiadaan pemeriksaan fisik dan diagnosa yang kurang tepat.
Terakhir, penggunakan layanan kesehatan daring ternyata dirasa membatasi komunikasi antara pasien dan nakes. Mereka merasa sulit menyampaikan keluhan, bertanya, dan mendapat jawaban dari dokter.
Intinya, kendala pemeriksaan fisik dan komunikasi adalah barrier terbesar dalam telemedisin. Padahal, unsur ‘percaya’ atau ‘trust’ adalah basis industri kesehatan.
Selain itu urusan teknis juga menjadi penghambat. Ada yang merasa aplikasi telemedisin yang ada sulit digunakan. Ini mungkin masukan untuk pengembang aplikasi kesehatan. Bagaimanapun, penggunanya kemungkinan adalah pasien yang kesakitan atau keluarga pasien yang kebetulan ada disekitar pasien. Ada juga pasien yang khawatir dengan kebocoran data pribadi.
Fitur yang diharapkan dari telemedisin
Potensi telemedisin masih sangat luas. Aspirasi para pengguna yang saya dengar dapat menjadi masukan untuk meningkatkan layanan ini. Berikut adalah beberapa ide perbaikan dari para pengguna telemedisin:
- Adanya penilaian atau review terhadap nakes yang melayani pelanggan (dokter, psikologi, psikiater, dan lain-lain). Adanya transparansi mengenai kualitas dokter akan meningkatkan kepercayaan.
- Adanya rekam medis digital yang memudahkan akses riwayat kesehatan di aplikasi sangat membantu, terutama untuk pasien dengan penyakit kronis.
- Tersedia diagnosis lebih akurat seperti teknologi seperti sensor medis yang dapat membantu memberikan hasil diagnosis yang lebih terpercaya.
Baca juga: The WHO launches a tool developed by the UOC for the implementation of telemedicine services
Semoga telemedisin bisa meningkatkan layanan dan ekspansinya!