Rahasia Tulisan Jurnalisme Data Lama Dibaca
Rahasia dari Dapur The New York Times
Pernahkan meng-klik artikel jurnalisme data yang kelihatan keren banget, warnanya menarik, grafiknya interaktif. Tetapi, setelah satu-dua scroll, justru muncul rasa bosan j dan akhirnya tab-nya kita tutup?
Tenang, Anda tidak sendirian, kok.
Tulisan jurnalisme data memang unik dan menantang untuk penulisnya. Ia kaya, penuh informasi, tapi kadang terasa berat dan susah dicerna. Nah, di tengah lautan informasi itu, tetap ada media-media yang justru berhasil membuat pembacanya betah membaca artikel data sampai habis, bahkan berkali-kali dibuka. Salah satunya The New York Times atau sering disingkat NYT. (Sst….media lainnya , kita bahas di lain waktu, ya)
Lalu, apa sih rahasianya? Bisakah kita bisa menerapkan strategi serupa untuk bikin artikel data yang engaging seperti NYT, bukan justru bikin exhausting?
1. Buat data jadi cerita, bukan cuma angka
Bayangkan Anda membaca langsung angka: “87 persen warga mengalami dampak perubahan iklim.” Oke, itu terasa serius. Tapi, sejujurnya agak jauh dari kehidupan sehari-hari.
Lalu, bayangkan jika Anda membaca ini: “Ketika banjir datang tiga kali dalam setahun, Devi harus menggulung kasur dan tidur di meja dapur bersama adiknya yang masih 4 tahun.”
Beda kan kesannya? NYT ternyata sering mengawali artikel datanya dengan cerita manusia. Mereka tahu, sebelum pembaca peduli dengan data, mereka harus merasa terhubung. Dan koneksi itu datang dari emosi, bukan statistik.
Jadi, dari NYT kita belajar bahwa:
- Mulailah dengan kisah seseorang, bukan grafik.
- Biarkan pembaca “merasakan” sebelum mereka “menghitung.”
2. Buat visualisasi, saatnya grafik bisa bicara
NYT jago sekali membuat visualisasi data. Bukan hanya cantik di mata, tapi komunikatif dan mudah ditangkap oleh pembacanya. Dalam satu liputan soal ketimpangan penghasilan, mereka membuat grafik interaktif yang bisa disesuaikan oleh pembacanya berdasarkan kota tempat tinggal mereka. Jadi, pembaca bisa melihat dan punya kesimpulan, “Wah, ternyata gaji saya lebih rendah dibanding rata-rata di kota ini.” Keren banget, menurut saya.
Jadi, apa yang bikin pembaca betah? Ternyata karena NYT tidak hanya memperlihatkan data dan temuan, tapi menyuguhkan interaktivitas temuan mereka ke pembaca.
Rahasia NYT ternyata adalah:
- Gunakan grafik interaktif jika memungkinkan.
- Buat data “berbicara langsung” kepada pembaca. Tunjukkan bagaimana data itu relevan dengan kehidupan pembaca.
- Hindari grafik ribet yang membuat pusing, satu pesan per visual itu cukup, jangan berlebihan.
Baca juga: Jurnalisme Data, “Membaca” di Balik Angka
3. Mainkan rasa penasaran pembaca
Salah satu artikel NYT tentang perubahan iklim berjudul “How Much Hotter Is Your Hometown Than When You Were Born?”
Judulnya langsung membuat otak kita bekerja, “Hmm, iya ya… Kota gue sekarang panas banget. Tapi seberapa jauh bedanya sama waktu gue kecil?” (Memangnya Amerika ada lo-gue, ha ha ha)
Klik. Masuk. Baca. Scroll. Explore. Dan tanpa sadar, pembaca sudah lima menit di artikel itu. Strategi yang dipakai NYT adalah:
- Tulis headline dan subjudul yang menimbulkan rasa penasaran.
- Tawarkan personalisasi data: “Lihat kondisi kotamu,” “Bandingkan usiamu,” dsb.
- Gunakan kuis atau pertanyaan yang membuat pembaca aktif.
4. Bangun alur baca yang mengalir
Pernah baca artikel yang paragrafnya panjang-panjang, tanpa subjudul, tanpa jeda visual? Rasanya seperti hiking ke CIsadon, Sentul, tanpa perhentian. Capek lalu berujung tak menuntaskan ujung artikel.
NYT tahu betul bahwa struktur artikel sangat memengaruhi durasi baca. Mereka menyusun artikel dengan alur narasi yang logis, dibagi dalam segmen kecil, dan diberi napas visual secara berkala. Jadi, mereka berusaha untuk:
- Pecah paragraf jadi potongan pendek.
- Tambahkan subjudul setiap 2–3 paragraf.
- Sisipkan visual, kutipan, atau grafik sebagai jeda.
5. Transparansi untuk membangun kepercayaan
Namanya manusia, pasti sering meragukan sesuatu. Begitu pula saat membaca artikel. Kadang muncul keraguan, “Benarkah data ini?”
Terutama jika kita berhadapan dengan data yang ribet, tentang ekonomi, pajak, atau model prediksi. NYT mengantisipasi itu dengan menyertakan catatan metodologi dan tautan ke sumber. Tak jarang mereka menjelaskan alasan mereka memilih pendekatan tertentu. Dan percayalah, pembaca akan menghargai itu. Dari sini, kita bisa mengikuti NYT untuk:
- Sediakan penjelasan ringkas tentang cara pengumpulan data.
- Tautkan ke sumber terbuka atau repositori.
- Jangan takut bilang, “Ini masih perkiraan. Bisa berubah.”
6. Buat pembaca ikut “main” di dalam artikel
Interaktif bukan cuma soal klik-klik grafik. Kadang, NYT menyisipkan kuis ringan, polling, atau simulasi. Dalam liputan tentang transportasi, mereka mengajak pembaca memilih rute perjalanan dan menunjukkan dampaknya terhadap emisi karbon. Seru sekali ya?
Ini strategi NYT yang bisa ditiru:
- Tambahkan elemen yang bisa “dimainkan.”
- Misalnya: “Bandingkan harga kopi di kota-kota ini,” atau “Coba tebak berapa besar subsidi yang kamu nikmati.”
- Makin pembaca terlibat, makin lama mereka bertahan.
Analitik bukan musuh melainkan sahabat.
NYT punya tim data internal yang melacak perilaku pembaca, bagian mana yang bikin orang berhenti membaca, mana yang bikin mereka lanjut, dan mana yang sering diklik ulang. Berdasarkan data itu, mereka terus mengoptimalkan desain dan struktur artikel. Bukan sekadar tebak-tebakan, tapi berbasis bukti.
Langkah-langkah NYT bisa kita ikuti, yakni:
- Gunakan tools seperti Google Analytics atau Hotjar.
- Cek waktu baca rata-rata, scroll depth, dan bounce rate.
- Lakukan A/B testing untuk judul dan layout.
Jadi, apa intinya?
Membuat orang membaca artikel data sampai habis itu bukan soal membuat artikel yang luar biasa panjang. Namun, ternyata lebih ke soal menciptakan pengalaman membaca yang membuat pembaca:
- Tertarik di awal,
- Terkait secara pribadi,
- Terlibat secara aktif,
- Percaya dengan isi dan penyajiannya.
Kalau semua itu hadir dalam sebuah artike, durasi baca akan meningkat. Engagement akan naik. Dan yang lebih penting, pembaca akan benar-benar mengerti apa yang penulis ceritakan.
Namun, memang semua ini tak semudah menyalakan kompor ya. Semua perlu latihan. Jadi, bisa dimulai dengan menambah tips dari NYT ke tulisan-tulisan jurnalisme data.
Karena, kalau NYT bisa membuat artikel data dibaca jutaan orang sampai tuntas, yang lain juga pasti bisa. Mari kita mulai dengan satu langkah kecil. Ah, menulis entrian blog kali ini malah jadi ingat untuk terus belajar dan studi banding. Ga pa-palah. Mari kita bangun jurnalisme data yang bukan cuma kuat di isi, tapi juga berkesan di hati.
Kunjungi situs The New York Times bila penasaran.